Mengenai Saya

Foto saya
Boros.. perokok berat.. tukang marung.. nge-net melulu nggak mau sulit.. BIKIN HIDUP LEBIH HIDUP Kalo nggak hidup ya di hidup**in

Jumat, Maret 14, 2008

pijat lesby itu emank enakk..

Itulah enaknya jadi kaum laki-laki, ibaratnya seperti iklan minuman ringan, bisa di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Ini berbeda sekali dengan kaumku, kalau badan pegal harus susah payah cari mbok pemijat yang belum tentu ada di setiap tempat, apa lagi di kota besar seperti Surabaya ini.

Biasanya kalau badanku terasa pegal-pegal, kuminta bantuan adikku untuk memijatnya. Kadang kami bergantian saling pijat. Tetapi hari ini rumahku sedang kosong. Adikku masih kuliah sedangkan orang tuaku belum pulang dari tugas rutinnya mencari nafkah.

Hari ini aku agak sedikit kurang enak badan. Terasa sekali badanku pegal-pegal, namun di rumah sedang tidak ada siapa-siapa. Kucoba bertanya kepada tetangga kanan kiri barangkali ada yang tahu kalau-kalau ada tetangga sekitar yang bisa memijat. Sebenarnya aku tahu bahwa di ujung gang sana ada seorang tukang pijat yang terkenal di sekitar rumahku, tapi laki-laki, namanya Pak Mat. Tidak bisa kubayangkan bahwa tubuh molekku ini bakal dipijat oleh seorang tukang pijat laki-laki, bisa-bisa yang dipijat nanti hanya di daerah-daerah tertentu saja.

Akhirnya aku dapatkan juga seorang tukang pijat wanita. Namanya Mbak Icha yang rumahnya juga tidak begitu jauh dari rumahku. Kucoba untuk mendatangi rumah Mbak Icha yang jaraknya hanya sekitar dua ratus meter dari rumahku. Kebetulan Mbak Icha ada di rumah dan bersedia datang ke rumah untuk memijatku. setelah berganti pakaian dan membawa sedikit perlengkapannya, Mbak Icha mengikutiku pulang.

Mbak Icha usianya masih relatif muda, hanya sedikit lebih tua dariku. Perkiraanku Mbak Icha saat ini berusia sekitar 27 tahun. Ia hidup bersama ibunya, satu-satunya orang tuanya yang masih tersisa.

Walau tinggal di Surabaya, Mbak Icha tetap seperti layaknya orang udik, pengalamannya masih sedikit sekali soal dunia modern, namun untuk urusan sex sepertinya Mbak Icha punya cerita tersendiri. Semuanya akan kukisahkan pada ceritaku kali ini.

Sesampai di rumahku, Mbak Icha kuajak langsung masuk ke kamarku yang sejuk ber-AC. Suhu udara di luar sana bukan main panasnya, beberapa bulan terakhir ini kota Surabaya memang sedang dilanda cuaca panas yang luar biasa, konon panasnya mencapai 37 derajat celcius.

Kubuka kancing hemku dan kutanggalkan hingga bagian atas tubuhku yang mulus terpampang dengan jelas sekali. Payudaraku tampak segar dan ranum dengan ujung puting susuku yang bersih berwarna merah muda sedikit kecoklatan. Rok miniku juga kutanggalkan.

Kini tubuhku sudah hampir telanjang bulat, hanya tersisa CD yang kukenakan. Mata Mbak Icha tampak terkagum-kagum pada bentuk tubuhku yang ramping dan sexy, terlebih saat melihat bentuk CD-ku yang mini itu. Aku saat itu memakai G String berenda yang ukuran rendanya tak lebih dari seukuran satu jari melingkari pinggangku, selebihnya sepotong rendah yang tersambung di belakang pinggangku, turun ke bawah melewati belahan pantatku, melingkari selangkanganku hingga ke depan. Tepat di bagian vaginaku, terdapat secarik kain berbentuk hati kecil yang keberadaannya hanya mampu menutupi bagian depan liang vaginaku.

Lalu aku tengkurap di tempat tidur dengan hanya memakan CD. Mbak Icha mulai memijat telapak kaki, mata kaki, betis, naik lagi ke pahaku. Awalnya aku biasa-biasa saja, pijatan tangannya juga terasa pas menurutku, tidak terlalu lemah dan juga tidak terlalu keras yang dapat menyebabkan terasa lebih sakit setelah dipijat. Menurutku, cara memijat Mbak Icha cukup baik. Setelah memijat kaki kanan, kini Mbak Icha berpindah memijat kaki kiriku, urutannya seperti tadi. Kini giliran pahaku bagian atas yang dipijat juga kedua belahan pantatku.

“Mbak! CD-nya kok modelnya lucu ya?” tanya Mbak Icha lugu mengomentari bentuk CD-ku.
“Emangnya kenapa Mbak
Icha?” tanyaku padanya.
“Oh enggak Mbak! Kalau dipakai kok seperti tidak pakai CD aja ya? Bokong (pantat) Mbak tetap kelihatan, dan bagian depannya, jembut (bulu kemaluan) Mbak juga kelihatan, Hii.. Hii.. Hii..! Kalau aku sih tidak berani pakai CD yang model begitu”, oceh Mbak
Icha masih mengomentari bentuk CD yang kupakai saat itu.

Sambil mengngoceh dan bercerita, tangan Mbak Icha tetap memijat pahaku. Yang kini dapat giliran adalah pahaku bagian atas, tepatnya di daerah pangkal paha dan belahan pantatku. Aku sengaja tidak menjawab ocehannya karena aku ingin menikmati pijatannya. Sambil sedikit tiduran, mataku kupejamkan saat dipijat Mbak Icha.

Letak kedua kakiku dibentangkan terpisah agak lebar sehingga posisi pahaku terbuka. Mbak Icha memijat bagian dalam pahaku yang bagian atas dekat selangkanganku hingga aku merasakan sedikit geli, tapi enak sekali. Selain pegalku di bagian kaki dan paha mulai sedikit berkurang, aku juga mulai merasakan horny, apa lagi saat jari-jari Mbak Icha memijat bagian pangkal pahaku. Jarinya sempat menyentuh gundukan vaginaku hingga rasanya ujung CD-ku mulai lembab. Untungnya Mbak Icha sudah mulai pindah posisi memijat punggungku, naik ke leher dan berakhir di kepalaku.

Selesai memijat bagian belakang tubuhku, Mbak Icha mengambil body lotion dan dioleskannya ke kaki dan pahaku. Rasanya sedikit dingin saat mengenai kulitku. Kalau tadi memijat, kini Mbak Icha ganti mengurut tubuhku mulai dari telapak kaki, betis hingga pahaku. Kembali saat mulai mengurut pahaku bagian atas aku merasa geli, terlebih saat paha bagian dalamku yang diurut olehnya.

“Mbak! CD-nya dilepas aja ya, toh percuma pakai CD cuma sepotong begitu, lagian kita kan sama-sama wanita dan tidak ada orang lain di kamar ini, soalnya nanti kena hand body nyucinya susah”, pinta Mbak Icha padaku.

Tanpa menjawab, kumiringkan sedikit tubuhku sambil sedikit membungkuk. Kubuka CD-ku dan kulepas dengan bantuan ujung kakiku. Kini aku telah telanjang bulat tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhku. Posisiku kembali tengkurap menunggu tangan Mbak Icha kembali mengurut tubuhku.

Mbak Icha kembali ke tugasnya mengurut bagian bawah tubuhku yang sudah dilumuri body lotion tadi. Jarinya kembali bersarang di pangkal pahaku bagian dalam, sambil sekali-sekali mengurut kedua gundukan pantatku. Aku tidak hanya merasakan pegalku mulai berkurang, namun aku juga merasakan seperti ada suatu rangsangan tersendiri menyerang tubuhku bagian bawah.

Mulutku menggigit bantal yang kupakai untuk menopang daguku saat tengkurap karena menahan rasa geli di selangkanganku, manakala jari tangan Mbak Icha menyentuh bibir vaginaku. Terkadang sentuhannya masuk lebih dalam lagi hingga menyentuh celah belahan bibir vaginaku.

Terus terang liang vaginaku mulai bawah hingga cairan bening tak terbendung mulai membasahi liang dan dinding dalam vaginaku. Saat mengurut gundukan pantatku, seakan dengan sengaja jari Mbak Icha disentuhkannya ke vaginaku kembali hingga ujung jarinya sempat menyenggol ujung klitorisku.

Aku jadi tersiksa sekali karena menahan hasrat birahi yang timbul akibat sentuhan tangan dan jari Mbak Icha saat memijat dan mengurut bagian bawah tubuhku. Untungnya urutan Mbak Icha segera pindah ke punggungku, terus naik ke leher dan kembali berakhir di kepalaku.

Kalau di bagian atas tubuhku, aku masih tidak merasakan suatu rangsangan seperti tadi. Namun rupanya setelah selesai memijat kepalaku, Mbak Icha kembali memijat dan mengurut kedua bongkahan pantatku, yang tentunya pangkal pahaku kembali menjadi sasarannya pula.

Aku tak kuasa menolak, karena selain kupikir Mbak Icha toh juga seorang wanita, dan juga normal karena pernah bersuami walau sudah lama bercerai. Aku toh akhirnya juga menikmati semua sentuhan tidak disengaja maupun mungkin disengaja saat jari-jari tangannya mengusap bagian luar vaginaku. Sampai akhirnya aku benar-benar tidak tahan lagi.

“Sudah! Cukup! Terima kasih ya Mbak”, ujarku akhirnya.
“Kok sudah toh Mbak?”, Tanya Mbak
Icha padaku.
“Bagian depannya belum diurut lho! Ayo telentang Mbak, kuurut sebentar perutnya supaya ususnya tidak turun”, tambah Mbak
Icha dengan sedikit memerintah.

Herannya aku menurut juga. Dan lalu aku pun telentang di hadapan Mbak Icha. Mbak Icha mulai kembali mengolesi body lotion ke bagian dada dan perutku. Mbak Icha langsung mengelus bagian atas dadaku dekat leher sedang jarinya mengurut ke bawah ke arah payudaraku. Kemudian area sekitar payudaraku juga diurut lembut mirip elusan. Aku yang sudah horny sejak tadi jadi lebih blingsatan lagi hingga akhirnya aku tidak tahan untuk tidah mengaduh.

“Aduuh! Geli Mbak!” protesku, tapi Mbak Icha diam saja sambil terus mengurut pinggiran payudaraku.

Kemudian perutku diurut dari setiap penjuru mengarah ke pusar. Kini giliran pahaku diurut oleh Mbak Icha. Cara mengurutnya naik ke atas menuju pangkal paha, letak kakiku dipisahkan agak lebar sehingga posisiku lebih terkangkang lagi. Mbak Icha terus mengurut pahaku. Saat mengurut bagian dalam pahaku, aku menggeliat tak karuan.

Kemudian Mbak Icha mengurut mulai tepat di atas vagina menuju pusarku. Katanya ini adalah untuk menaikkan usus dalam perutku agar supaya tidak turun ke bawah. Aku diam saja tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun, terus terang pijatannya memang enak hingga pegal yang ada di tubuhku sedah tidak terasa lagi. Namun selain itu aku juga mendapatkan rangsangan seksual dari cara Mbak Icha mengurutku.

“Sudah, sekarang yang terakhir” kata Mbak Icha sambil membuka lebar pahaku.

Mbak Icha berpindah posisi duduknya. Kini dia berjongkok tepat di hadapan selangkanganku yang terkangkang lebar. Kedua tangannya secara bersamaan mengurut kedua pahaku, dari arah lutut menuju selangkangan hingga aku jadi menggeliat tidak karuan menahan geli.

Kemudian kedua ibu jarinya mengurut-urut celah lipatan selangkangan dekat vaginaku dengan cara mengurutnya dari bawah ke atas terus berulang-ulang. Bibir vaginaku menjadi saling gesek karenanya hingga rangsangan dahsyat melanda bagian bawah tubuhku dan akhirnya aku tak kuasa lagi mengendalikan nafsu birahiku sendiri hingga tanpa perlu merasa malu lagi pada Mbak Icha, jariku kuarahkan ke klitorisku dan terus kugosok-gosokkan sambil mengangkat dan menggoyang-goyang pantatku.

Aku akhirnya orgasme di hadapan Mbak Icha. Persetan kalau mau dia tertawa, bathinku. Namun ternyata Mbak Icha tetap cuek saja sampai aku selesai melepaskan orgasme. Lalu kubayar ongkos Mbak Icha memijatku dan kuminta dia untuk pulang sendiri.

Tamat

Senin, Maret 10, 2008

Kalo mao b'lajar merket...

hai netter tanah air... kali ini gua mau berikan pada rekan** tentang market....
Hari gini b'lum ikutan market... wahhh ketinggalan banget loe...
ini ada link url situs belajar market beserta strategi**nya;
http://www.valasonline.net/index_i.html#
itu link url tempat belajar-nya... lha kalo yang ini .. buat para netter yang belum 100%
menguasai istilah** yang termuat dalam market ;
http://kamus.orisinil.com/english-indonesia/

Cobalah memulai hidup bahagia... and go public !!!

Pijat plus plus enak...

nah... para rekan netter bagi yang mao tahu alamat 2 panti** pijet khususnya di surabaya...
ini... gua punya alamat** lengkap tenetang tuh panti.... tapi... sebagian aja yaaach... yang sebagian aku
jual kepada anda para rekan netter...ini alamat**nya ; " 4 aja yaaaach... jangan banyak banyak"

a. Surabaya Melati 0818-582186 Massage & Body Massage
b. Surabaya Memories 031-5618633 Massage & Body Massage Asisten Muda Pglmn u/Exctv
c. Surabaya New Rindy 0812-3229795 Massage & Body Massage
d. Surabaya Nina / Niken 0818-572887 Massage siap anda panggil Untuk Executive

Oke nggak.... Gimana servicenya ... pasti memuaskan oke.....
Tapi kalo ada yang kurang... and mao beli ... bisa hubungin gua lewat mail ; ghinoahmed@yahoo.com
Salam sejahtera !!!